Introspeksi
- rahmafachrunisa
- Sep 6, 2018
- 1 min read
Menjadi sebuah refleksi bagi saya, bahwa bila seseorang tidak mempercayai kita, barangkali memang kita tidak dapat dipercayai ataupun tidak menunjukkan bahwa kita dapat dipercayai. Bisa jadi kita yang membuatnya memiliki pemahaman seperti itu. Mereka berhak untuk memercayai kita atau sebaliknya.
Menjadi refleksi pula bagi saya, bahwa bila seseorang tidak menganggap kehadiran kita adalah penting, barangkali memang kita yang lebih dulu tidak memikirkan pentingnya orang lain tersebut bagi kita. Sikap kita, atau bagaimana langkah kita dalam mengambil keputusan, bisa jadi kita yang lebih dulu menyakiti mereka.
Seseorang terlalu mengharapkan orang lain untuk bersikap sesuai keinginan mereka. Dan mirisnya, ketika orang tersebut tidak sesuai dengan keinginannya, ia justru mempersalahkan mereka. Padahal mereka berhak untuk menentukan pilihan mereka. Mereka bebas. Barangkali ia yang terlalu mendzalimi mereka, bahkan sesederhana berprasangka yang tidak benar kepada mereka.
Terkadang memang melelahkan untuk memahami orang lain, terlebih ketika orang lain bersikap-yang seakan-tidak memahami kita. Namun sekali lagi, barangkali rasa lelah kita untuk memahami mereka tersebut yang justru membuat mereka tidak mau memahami kita.
Kemudian ketika lelah, akhirnya kita memilih untuk tidak memahami orang lain lagi. Orang lain pun melakukan hal yang sama. Kemudian kita semakin lelah. Maka itu bukan jawaban dari kelelahan itu. Manusia memang perlu terus berjuang, dan itu melelahkan.
Lelah memang sebuah konsekuensi. Namun ketika kita lelah, maka itu berarti-bisa jadi-kita memang sedang berjuang.
Dari hal ini, saya akhirnya menyadari bahwa introspeksi memanglah hal yang penting. Bahkan ketika orang lain yang melakukan hal-hal bertentangan dengan kehendak kita, barangkali kita juga perlu mengintrospeksi diri sendiri untuk menilik kembali apa yang telah kita perbuat, bahkan pikirkan, terhadap mereka.
Comments